Aku dan sejumput harapan yang tersisa, masikah ada asa itu yang senandungnya menggeliat diantara rintih dan asa akan sebuah penantian singkat!!!!
Geliat galauku berkumandang sumbang, entah sampai kapan terus bernada sumbang, sementara kicau ceria burung di dahan itu selalu terdengar nyaring di telinga.
Sendu yang bergelayut manja di pundak letihku, selalu saja mematahkan asa hidup, entahlah sampai kapan dia bergayut manja, mungkin selamanya.
Kini hanya ada sisa2 penantian, hanya ada benang kusut, hanya ada gemericik rindu sesaat, hanya ada kepasrahan yang membungkam diam entah berapa lama lagi.
Kusudahi semua dengan sebuah keyakinan yang pilarnya rapuh termakan rayap keputus asaan
Kubiarkan semua itu terurai dalam nada2 sumbang dawai tak bertuan
Kuserakkan semua dalam meja hijau panjang sebuah pengadilan semu
Sampai kutahu akhir dari segalanya, segalanya yg menentukan terpuruk dimanakah diriku!!!!!! Di jurang manakah penantianku berkesudahan.
Sampai waktu memaksaku bertekuk lutut dan menyatakan semua kegagalanku dengan lantang dalam nyaring pekak suaranya
Diam saja diriku sambil mengakui kekalahan dalam jiwa rapuhku
Ambillah segalanya, akupun telah terbiasa jadi pecundang diantara segenap keberanian fana yang ada.
Nyatakan itu pada segenap jiwa2 yang ada disekelilingmu, agar aku lepas bebas memandang angkasa, agar aku dapat terbang meski tak bersayap, agar aku mampu tersenyum samar dalam rona jingga pelangi sore hari, agar malaikat2 semesta mencium aroma tubuh rapuhku, agar..... agar..... dan semua agar......
Sampai ku tahu diriku diantara ada dan tiada....
Jkt.... 160111
IJ
Meringkuk dalam atma yang tak berpengharapan lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar